para
peramal mengucap titah
dingin
mengitari tubuh
membuka
gulita hutan
matahari
muram
menyuruk
di belantara waktu
guratan-guratan
hidup mencakar naluri
tentang
mata yang kau sandera
menggantung
sebilah telaga
malam
mulai rebah
hitam
terpampang rapi
katamu,
“bunuh detak jam yang angkuh”